OPTIMASI PERANCANGAN SISTEM TENAGA
HIBRIDA PADA BASE TRANSCEIVER STATION
MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA
1. Tujuan
- untuk mengetahui apa itu State of The Art of Intelligence Systems
- untuk dapat mengetahui macam macam dari Art of Intelligence Systems
- untuk mengetahui macam macam perbedaan dari Sistem Pakar, Logika Fuzzy, Jaringan Saraf Tiruan, dan Algoritma Genetika
- alat
Matlab
Youtube
YouTube adalah sebuah situs web berbagi video
Abstrak
Pertumbuhan pengguna telepon seluler semakin meningkat setiap
tahunnya, selama tahun 2013 tercatat 6,4 juta pelanggan baru
terdaftar dalam data histori perusahaan Telkomsel. Dengan
jumlah pelanggan selular yang sangat besar penghematan energi
yang dilakukan pada BTS menjadi upaya yang sangat berarti
dalam rangka penghematan biaya dan mengurangi pemanasan
global. Sistem kelistrikan pada BTS di daerah-daerah kepulauan
masih menggunakan generator listrik berbahan bakar fosil.
Penggunaan energi fosil sebagai bahan bakar di pembangkit
tenaga listrik selain menghabiskan biaya yang tidak sedikit, juga
dapat menimbulkan polusi udara. Sehingga dibutuhkan solusi
energi alternatif yang tidak hanya murah tetapi juga ramah
lingkungan. Penerapan sistem tenaga surya sebagai sumber
energi alternatif akan memberikan dampak yang besar pada
penghematan bahan bakar fosil. Namun dalam penerapan sistem
tenaga surya pada BTS dibutuhkan biaya investasi yang tidak
sedikit. Untuk itu dibutuhkan perancangan konfigurasi sistem
tenaga surya yang dapat memenuhi kebutuhan listrik BTS namun tetap memperhatikan biaya konfigurasi penggunaan sistem yang
paling menguntungkan.
Tugas akhir ini menggunakan pendekatan Algortima Genetika
untuk menyelesaikan masalah desain konfigurasi tenaga hibrida
yang mana menggabungkan penggunaan energi daur ulang dari
panel surya, baterai, pln dan generator diesel sebagai tenaga
cadangan. Model optimasi ini memiliki dua tujuan, yaitu
meminimalkan biaya penggunaan energi tahunan yang harus
dibayarkan oleh perusahaan dan meminimalkan emisi karbon
yang dihasilkan sistem. Dari hasil optimasi didapatkan nilai
proporsi pembagian beban listrik pada masing-masing sistem dan
ukuran komponen panel surya serta baterai yang dibutuhkan pada
sistem tenaga hibrida untuk sumber catu daya listrik BTS. Dengan
menerapkan sistem tenaga hibrida maka perusahaan dapat
melakukan penghematan pembelian bahan bakar hingga 100 %
jika menerapkan solusi konfigurasi L (emisi terendah), 98,3 % jika
solusi konfigurasi C (seimbang) dan 95 % jika solusi konfigurasi
R (biaya terendah).
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Komunikasi menjadi aspek penting dalam kehidupan sosial
dalam masyarakat. Sistem yang memberikan fasilitas
layanan jasa telekomunikasi bagi pelanggan bergerak
disebut sebagai sistem komunikasi seluler. Dengan lahirnya
sistem komunikasi selular ini memberikan dampak positif
yang signifikan pada masyarakat. Kemudahan
berkomunikasi yang tidak lagi dibatasi oleh jarak menjadi
keunggulan utama yang diberikan sistem komunikasi
tersebut. Maka tidak heran bahwa sekarang telepon seluler
telah menjadi kebutuhan pokok atau primer di masyarakat
[1]. Hal itulah yang mendasari perkembangan yang begitu
pesat dalam hal teknologi di telepon selular, baik dari sisi
kualitas fitur telepon selular itu sendiri dan infrastruktur
jaringan telekomunikasi yang dikelola oleh perusahaan
operator sistem komunikasi. Menurut data dari Telkom
Indonesia tercatat selama tahun 2013, Telkomsel sebagai
anak perusahaan Telkom Indonesia mendapatkan
pelanggan baru sebanyak 6,4 juta pelanggan dan hal itu
artinya meningkat 5,1 % dari tahun sebelumnya [2].
Dalam tugas akhir ini mengambil topik optimasi BTS
seperti penelitian terdahulu yang telah disebutkan
sebelumnya. Pada jaringan seluler ini akan diadaptasi
penggunaan sistem tenaga hibrida dimana menggabungkan
penggunaan energi daur ulang dari panel surya, baterai,
pasokan PLN yang terbatas dan genset sebagai tenaga
cadangan. Dengan menggunakan pendekatan Algoritma
Genetika, tugas akhir ini akan mencari konfigurasi sistem
tenaga surya, berupa kombinasi pembagian beban listrik
antar sumber catu daya listrik, yaitu panel surya, baterai,
aliran listrik PLN dan genset, dimana dengan tujuan utama
meminimalkan nilai biaya operasional tahunan penggunaan
sistem dan mengurangi emisi karbondioksida (CO2) yang
dihasilkan. Tujuan besar yang ingin dicapai oleh tugas akhir
ini adalah menghemat penggunaan genset berbahan bakar
fosil pada BTS, sehingga diharapkan penerapan sistem
mendukung program Green ICT dan turut membangun
Indonesia yang bebas polusi.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seperti apakah model Algoritma Genetika yang
sesuai dengan kondisi BTS?
2. Seperti apakah konfigurasi sistem tenaga hibrida yang
dapat menghemat penggunaan bahan bakar fosil pada
BTS namun memenuhi kebutuhan beban BTS?
BATASAN PENGERJAAN TUGAS AKHIR
Berdasarkan permasalahan yang disebutkan diatas, batasan
masalah dalam tugas akhir ini adalah:
1. Data yang digunakan berasal dari Perusahaan
Telelekomunikasi Seluler wilayah Jawa Timur
2. Wilayah dalam proses optimasi dilakukan adalah
pada site BTS Pulau Bawean Tambak, Gresik, Jawa Timur
3. Konfigurasi yang dihasilkan terdiri dari kombinasi
jumlah beban listrik yang akan dicukupi oleh masingmasing sumber daya listrik, yaitu panel surya (PV) +
baterai, aliran PLN dan generator diesel.
4. Jangka waktu yang digunakan dalam pemodelan
adalah 1 tahun.
TUJUAN TUGAS AKHIR
Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk memperoleh model
dan konfigurasi sistem tenaga surya yang menggunakan
green energy dengan biaya seminimal mungkin sehingga
dapat mengurangi konsumsi listrik dan emisi karbon pada
BTS namun tetap memenuhi kebutuhan pelanggan.
MANFAAT TUGAS AKHIR
Tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat
antara lain:
1. Perusahaan dapat mengetahui konfigurasi sistem
tenaga surya yang cocok dengan keadaan BTS yang
dimiliki perusahaan sehingga dapat digunakan
sebagai bahan perencanaan pengembangan BTS.
2. Sebagai masukan bagi perusahan untuk penggunaan
energi alternatif yang ramah lingkungan dalam
mendukung program Green Technology.
TINJAUAN PUSTAKA
URAIAN PERMASALAHAN
PT. Telekomunikasi Seluler merupakan perusahaan
operator telekomunikasi milik Indonesia. Dengan
kepemilikan saham oleh Telkom Indonesia sebesar 65%.
Sebagai operator selular nomor 6 terbesar di dunia dalam
hal jumlah pelanggan, Telkomsel merupakan pemimpin
pasar industri telekomunikasi di Indonesia yang kini
dipercaya melayani lebih dari 139 juta pelanggan pada
tahun 2014. Saat ini Telkomsel memiliki lebih dari 84.000
BTS yang menjangkau sekitar 98% wilayah populasi di
Indonesia. Serta telah mengembangkan Floating BTS yang
dipasang di 16 kapal PELNI untuk menjangkau kebutuhan
akses pelanggannya ketika berpergian melalui jalur laut.
Pada tahun 2008, Telkomsel mulai mengembangkan
penggunaan energi terbarukan untuk BTS dan diklaim
menjadi pelopor pertama di Asia [8].
Sistem kelistrikan pada BTS di daerah-daerah kepulauan
dipasok oleh genset. Penggunaan genset dirasa
mengakibatkan besarnya biaya operasional yang
digunakan untuk membeli bahan bakar genset. Disamping
itu bahan bakar fosil yang digunakan pada genset, selain
jumlahnya akan semakin menipis setiap tahunnya serta
dapat mencemari lingkungan karena menyumbang emisi
karbon yang tidak baik bagi lingkungan. Oleh karena itu,
diperlukan alternatif sumber energi lain. Dari data yang
telah disebutkan diatas maka penggunaan teknologi
terbarukan yang ramah lingkungan dianggap menjadi salah
satu alternatif utama untuk mengurangi penggunaan energi
fosil yang semakin terbatas. BTS sebagai salah satu
infrastruktur utama dari perusahaan operator
telekomunikasi menghabiskan energi listrik hingga 80%
dari total penggunaan energi perusahaan tersebut, serta
menyumbang emisi karbon hingga 60%. Dengan
menggunakan energi yang lebih ramah lingkungan
perusaahan dapat menerapkan Green ICT dan menghemat
biaya operasional dalam jangka panjang.
Penerapan sistem tenaga hibrida pada BTS akan
menghabiskan dana yang tidak sedikit khususnya pada
pengadaan panel surya dan baterai, sehingga dalam
perancangannya perlu dilakukan secara teliti.
Penghitungan konfigurasi sistem tenaga surya pada
masing-masing BTS sejauh mungkin dilakukan secara
optimal dengan prinsip biaya penyediaan listrik terendah
(least cost), dengan tetap memenuhi tingkat keandalan
yang wajar dalam industri tenaga listrik. Biaya penyediaan
terendah dicapai dengan meminimalkan total biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya penyediaan listrik
terdiri dari biaya investasi, biaya bahan bakar, biaya
operasi dan pemeliharaan. Model Algoritma Genetika
yang akan dikerjakan dalam tugas akhir ini akan mencari
solusi konfigurasi yang paling optimal dengan biaya dan
emisi karbon yang seminimal mungkin sehingga
menguntungkan perusahaan.
SISTEM KOMUNIKASI SELULER
Sistem komunikasi seluler merupakan sistem yang
digunakan untuk memberikan layanan jasa telekomunikasi
bagi pelanggan bergerak, disini disebut sebagai telepon
seluler. Dinamakan sebagai sistem cellular karena daerah
layanannya dibagi-bagi menjadi area yang kecil-kecil yang
disebut sel (cell). Pemancar sinyal atau base station dapat
melingkupi beberapa sel. Terdapat beberapa keuntungan
dari penggunaan jaringan seluler, diantaranya adalah
peningkatan kapasitas penurunan penggunaan daya listrik,
dan jangkauan area yang lebih baik. Sistem seluler ini memungkinkan pengunaan frekuensi ulang pada wilayah
yang lain, sehingga jutaan orang mampu berkomunikasi
menggunakan telepon seluler secara bersamaan tanpa
khawatir akan terjadinya pemutusan hubungan.
BASE TRANSCEIVER STATION
Gelombang komunikasi seluler terhubung melalui suatu
perangkat pemancar yang disebut sebagai Base
Transceiver Station. BTS disebut juga sebagi modem
radio. Perangkat Base Transceiver Station (BTS)
menyediakan koneksi jaringan dari suatu user equipment
(UE) ke dalam suatu jaringan komunikasi melakui
perantara udara [12]. Perangkat UE inilah merupakan
perangkat yang dapat berkomunikasi melalui jaringan
UMTS.
Penghubung antara sejumlah BTS dan MSC adalah BSC
(Base Station Controller). Tiap BSC mengontrol satu atau
lebih BTS. BSC dihubungkan ke beberapa BTS melalui
Abis-interface [11]. BSC berfungsi untuk menjaga sentral
dan mengatur subsistem, sama dengan BSS (Base Station
Subsystem). BSS terdiri dari BSC itu sendiri dan BTS yang
terhubung seperti yang terlihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Rangkaian Jaringan Radio Seluler
KONSUMSI ENERGI LISTRIK PADA BTS
Terdapat beberapa komponen yang membutuhkan pasokan
energi listrik dalam sebuah BTS. Diantaranya ada komponen
yang digunakan per sektor sel seperti DSP (Digital Signal
Processing) yang bertanggungjawab untuk menangani
jalannya sistem dalam sektor tersebut, dan ada juga yang
wajib terpasang pada tiap BTS seperti power amplifier dan
transceiver yang bertugas dalam menyalurkan sinyal antar seluler [13]. Secara umum kebutuhan listrik pada BTS
digambarkan dalam Gambar 2.3. Kebutuhan listrik dari tiap
komponen ini dikalikan dengan jumlah sektor yang
dilingkupi [14].
Margot, et.al (2011) mengemukakan sebuah model yang
dapat menentukan kebutuhan energi listrik yang dibutuhkan
dalam BTS [14]. Total beban listrik yang ada pada sebuah
BTS diformulasikan dalam Persamaan (1).
Dimana t adalah total waktu penggunaan atau durasi dari
digunakannya BTS. Dalam pengerjaan tugas akhir ini
diasumsikan BTS selalu dalam keadaan aktif atau menyala
sehingga waktu (t) memiliki nilai 24 jam.
POTENSI ENERGI SURYA
Energi surya termasuk dalam sumber daya alam yang dapat
diperbaharui dan bersifat natural atau berasal dari alam.
Sumber energi didapatkan dari pancaran sinar matahari. Di
saat hari yang cerah, energi matahari yang menyinari bumi
menghasilkan rata-rata 1 kilowatt per meter persegi area
bumi, berarti dalam satu jam energi matahari yang menyinari
bumi mampu mensuplai energi yang dibutuhkan di seluruh
dunia untuk 1 tahun. Permukaan bumi disinari matahari
dengan jumlah volume yang sangat besar. Tidak seperti
minyak bumi, batu bara dan energi fosil lainnya, energi
matahari ramah lingkungan, untuk pemakaiannya tidak
menghasilkan emisigas buang CO2 yang dapat merusak
lingkungan, oleh karena itu teknologi panel surya sangat
mendukungpenyediaan energi alternatif pada saat krisis
energi dan mendukung pencegahan pemanasan global di
dunia.
PERENCANAAN SISTEM TENAGA HIBRIDA PADA BTS
Sistem tenaga hibrida pada umumnya terdiri dari sumber
energi utama yang bekerja secara paralel dengan unit energi
tambahan lainnya. Pada tugas akhir ini akan dibuat model
yng dapat menghasilkan konfigurasi sistem yang paling
optimal pada BTS (Base Transceiver Station) di Pulau
Bawean Tambak milik perusahaan Telkomsel di Jawa
Timur. Dalam Gambar 2.4 di bawah ini sistem penggunaan
PV dengan genset pada BTS yang akan digunakan pada
tugas akhir ini. Komponen sistem tenaga surya terdiri dari
panel surya (Fotovoltaik), baterai, charges controller,
switch, inverter dan tenaga listrik yang didapat dari genset.
Teknologi Tenaga Surya Fotovoltaik
Sel surya atau fotovoltaik adalah perangkat yang
mengkonversi radiasi sinar matahari menjadi energi
listrik. Efek fotovoltaik ini ditemukan oleh Becquerel
pada tahun 1839, dimana Becquerel mendeteksi adanya
tegangan foto ketika sinar matahari mengenai elektroda
pada larutan elektrolit. Pada tahun 1954 peneliti di Bell
Telephone menemukan untuk pertama kali sel surya
silikon berbasis p-n junction dengan efisiensi 6%. Prinsip kerja sel surya adalah sebenarnya identik dengan
piranti semikonduktor diode. Ketika cahaya bersentuhan
dengan sel surya dan diserap oleh lapisan anti refleksi,
kemudian terjadi pelepasan elektron. (Elektron-elektron
bebas terbentuk dari million photon atau benturan atom
pada lapisan penghubung). Sehingga elektron menuju ke
semi-konduktor pada lapisan yang berbeda, yaitu pada
Semikonduktor tipe-n dan Semikonduktor tipe-p. Ketika
dua tipe material tersebut mengalami kontak maka
kelebihan elektron dari tipe-n berdifusi pada tipe-p.
Sehingga area doping-n akan bermuatan positif
sedangkan area doping-p akan bermuatan negatif. Terjadi perubahan sigma gaya-gaya pada bahan menyebabkan
perbedaan potensial dan arus akan mengalir.
Bright (2011) daya (Wpeak) yang dikeluarkan oleh
sistem tenaga surya atau PLTS dapat dihitung dengan
persamaan-persamaan sebagai berikut ini [4].
Besarnya energi yang yang akan dipasok oleh sistem
panel surya ( πΈππ£ ) dapat ditentukan oleh pengguna
sistem, dengan mendefinisikannya sebesar berapa persen
dari keseluruhan energi total yang dibutuhkan.
Persamaan (3) merumuskan besarnya πΈππ£:
Nilai Isolation Value (πΌπ£
) diartikan sebagai rata-rata
KwH per hari energi sinar matahari yang ditangkap pada
setiap meter persegi panel surya pada kecepatan lintang.
Nilai Isolation Value (πΌπ£
) ini bervariasi tergantung pada
lokasinya. ππΆπΉ merupakan nilai daya keluar maksimum
panel surya pada saat temperatur tinggi dengan
memperhatikan besarnya kapasitas panel yang digunakan
(πππ’π‘), dapat dihitung dengan Persamaan (5).
Dalam menghitung jumlah panel surya untuk memenuhi
kebutuhan energi, maka perlu dicari besarnya PV area
dengan Persamaan (4):
Setelah mendapatkan nilai PV area maka selanjutnya
dapat dihitung besarnya daya yang dapat dibangkitkan
oleh panel surya (ππ€π) dengan Persamaan (6) berikut ini:
ππ€π = ππ ππππ π₯ πππΌ π₯ πππ£ (6)
Dimana keluar πππ£ adalah efisiensi pembangkitan energi
listrik yang dihasilkan modul fotovoltaik; PSI merupakan
tetapan Peak Sun Insolation yaitu sebesar 1 kW/m2
.
Sehingga jumlah panel surya yang dibutukan (πππ£) dapat
dihitung dengan Persamaan (7) berikut ini:
πππ£ =
ππ€π
πππ’π‘ ⁄ (7)
BATERAI SURYA
Baterai dapat digunakan sebagai media penyimpanan
energi yang telah diserap oleh panel surya. Sehingga
ketika dalam keadaan tidak ada sinar matahari maka
sistem tetap dapat teraliri listrik. Dalam sistem solar
power, digunakan baterai yang memiliki masa pakai
(lifetime) yang panjang dan mampu menyimpan energi
yang besar. Untuk menghitung ukuran baterai yang
dibutuhkan (π΅π΄π»π
) dalam memasok cadangan listrik
selama π hari (ketika tidak ada sinar matahari), maka
dicari dengan perhitungan pada Persamaan (8):
π΅π΄π»π
=
(πΈπ‘ × π)
(ππ × π)
⁄ (8)
Dimana π adalah jangka waktu (hari) penyimpanan, ππ
adalah tegangan operasi baterai yang bervariasi
tergantung dengan kapasitas baterai yang akan
digunakan, π adalah nilai efisisensi dari kegagalan
sistem.
Pilihan dari baterai menentukan jumlah baterai yang akan
digunakan, untuk meminimalkan jumlah baterai dan
ruang yang tersedia, disarankan untuk menggunakan
baterai kapasitas tinggi. Mempertimbangkan kapasitas
baterai yang digunakan, jumlah baterai penyimpanan
yang diperlukan dapat dicari melalui Persamaan (9)
sebagai berikut:
ππ΅ππ
=
π΅π΄π»π
πΌπ
⁄ (9)
Dimana ππ΅ππ adalah jumlah baterai yang digunakan, πΌπ adalah nilai arus baterai yang dipilih, π΅π΄π»π adalah waktu yang diperlukan amp penyimpanan baterai. Baterai dapat dihubungkan bersama-sama baik paralel atau cara serial.
GENERATOR LISTRIK
Generator Listrik
Generator listrik merupakan sebuah dinamo besar yang
berfungsi sebagai pembangkit listrik. Generator listrik ini
mengubah energi kinetik menjadi energi listrik.
Generator listrik pertama kali ditemukan oleh Faraday
pada tahun 1831. Pada saat itu, generator listrik dibuat
dalam bentuk gulungan kawat pada besi yang berbentuk
U. Generator listrik tersebut terkenal dengan nama
Generator cakram faraday. Cara kerja generator listrik
adalah menggunakan induksi elektromagnet, yaitu dengan memutar suatu kumparan dalam medan magnet
sehingga timbul energi induksi.
Terdapat 2 komponen utama pada generator listrik,
yaitu: sator (bagian yang diam) dan rotor (bagian yang
bergerak). Rotor akan berhubungan dengan poros
generator listrik yang berputar pada pusat stator.
Kemudian poros generator listrik tersebut biasanya
diputar dengan menggunakan usaha yang berasal dari
luar, seperti yang berasal dari turbin air maupun turbin uap.
PLN
Perusahaan Listrik Negara (disingkat PLN) adalah
sebuah BUMN yang mengurusi semua aspek kelistrikan
yang ada di Indonesia. Izin Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik PLN telah ditetapkan oleh Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral sesuai Surat Keputusan No. 634 -
12/20/600.3/2011 tanggal 30 September 2011. Surat
keputusan tersebut menetapkan Wilayah Usaha PLN
yang meliputi seluruh wilayah Republik Indonesia.
Untuk provinsi Jawa Timur termasuk dalam wilayah
operasi Jawa-Bali, khususnya PLN distribusi Jawa
Timur.
ANNUAL COST OF ENERGY (ACoe)
Biaya yang diperhitungkan dalam tugas akhir ini adalah
total biaya keseluruhan untuk pengadaan pasokan energi
listrik yang harus dibayarkan oleh perusahaan setiap
tahunnya. Dalam studi kasus sistem tenaga hibrida ini,
dimana kebutuhan beban listrik akan dipasok oleh tiga buah
sumber catu daya. Maka biaya operasional juga terdiri dari
biaya operasional sistem PV, biaya pemakaian PLN, dan
biaya operasional generator diesel (genset). Untuk
menggambarkan total biaya yang dibutuhkan dalam
konfigurasi sistem tenaga hibrida digunakan formulasi
penghitungan biaya pada Persamaan (10). Biaya yang
dihabiskan untuk menghasilkan satu kWh (πΆ) dihitung
dengan membagi penjumlahan dari nilai PV (Present
Value) komponen peralatan, biaya operasi dan
pemeliharaan tahunan dan investasi modal yang digunakan.
π΄πΆππ = (∑πΆπ +πππ
π
π=1
) (10)
Dimana πΆ adalah biaya energi atau biaya yang dihabiskan
untuk menghasilkan satu kWh dari setiap sistem π, πππ
adalah biaya operasional dan pemeliharaan dari sistem π.
BIAYA ENERGI (COE) SISTEM PV
Biaya energi PV berbeda dengan biaya energi untuk
pembangkit konvensional. Hal ini dikarenakan besarnya
biaya energi PV untuk membangkitkan 1 kWh
dipengaruhi oleh biaya investasi dikeluarkan di awal
proyek, biaya pemeliharaan dan biaya penyusutan
pertahunnya.
BIAYA INVESTASI
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan pada saat awal membangun sistem
pembangkit listrik tenaga surya. Biaya ini terdiri
dari biaya pembelian komponen, biaya pengiriman,
biaya instalasi, dan biaya lainnya.
BIAYA PEMELIHARAAN DAN OPERASIONAL (πͺπΆ&π΄)
Berdasarkan penelitian di beberapa negara Eropa
dan Mediterania, besarnya biaya pemeliharaan dan
operasional ditentukan sebesar 1% [7]. Biaya
tersebut sudah mencakup upah untuk pekerjaan
pembersihan, biaya pemeliharaan panel surya dan
pemeriksaan peralatan. Berdasarkan acuan tersebut
maka pada tugas akhir ini ini besar persentase untuk
biaya pemeliharaan dan operasional per tahun PV
akan ditetapkan sebesar 1% dari total biaya investasi
awal. Sehingga Persamaan (11) untuk πΆπ&π adalah
sebagai berikut:
πΆπ&π = 1
100 ⁄ π₯ πΆπππ£ππ π‘ππ π (11)
BIAYA SIKLUS HIDUP
Biaya siklus hidup atau Life Cycle Cost untuk PV
ditentukan oleh nilai sekarang dari biaya total sistem
PV yang terdiri dari biaya investasi awal (πΆπππ£ππ π‘ππ π)
dan biaya jangka panjang untuk pemeliharaan dan
operasional (MPW). Sehingga biaya siklus hidup
(πΏπΆπΆ) PV pada tugas akhir ini akan dihitung dengan
Persamaan (12).
πΏπΆπΆ = πΆπππ£ππ π‘ππ π + πππ (12)
Besar nilai sekarang (present value) untuk biaya
pemeliharaan dan operasional (MPW) PV selama
umur proyek π tahun dengan tingkat diskonto sebesar π dihitung dengan Persamaan (13) sebagai
berikut:
πππ = πΆπ&π π₯ (
(1 +π)
π − 1
π(1 + π)
π
) (13)
BIAYA ENERGI PV
Perhitungan biaya energi (cost of energy) suatu PV
ditentukan oleh biaya siklus hidup (πΏπΆπΆ), faktor
pemulihan modal (πΆπ
πΉ) dan kWh produksi tahunan
(πΈππ£tahunan). Biaya energi PV dihitung dengan
Persamaan (14) sebagai berikut :
πΆππΈππ£ =
(πΏπΆπΆ π₯ πΆπ
πΉ)
πΈππ£ (π‘πβπ’πππ)
(14)
Faktor pemulihan modal untuk mengkonversikan
semua arus kas biaya siklus hidup menjadi
serangkaian biaya tahunan, dihitung dengan
Persamaan (15).
πΆπ
πΉ =
π(1 + π)
π
(1 +π)
π − 1
(15)
BIAYA ENERGI (COE) SISTEM PLN
Biaya untuk energi dari PLN (πΆππΈπππ) disebut juga
sebagai biaya pemakaian listrik yang harus dibayarkan
pelanggan PLN. Biaya ini mengacu pada tarif tenaga
listrik yang ditetapkan oleh perusahaan dan disetujui oleh pemerintah.
BIAYA ENERGI (COE) SISTEM GENERATOR DIESEL
Biaya untuk membangkitkan energi dari generator diesel
bergantung pada beberapa hal, yaitu konsumsi bahan
bakar (liter) setiap jamnya (πΆπππ ππππ ππ), harga pembelian
dari bahan bakar (ππππ’ππ) dan besarnya tenaga yang
dikeluarkan oleh generator dalam kW (ππππ). Sehingga
biaya energi generator diesel (πΆππΈππππ ππ) dihitung
dengan Persamaan (16) [7].
πΆππΈππππ ππ =
πΆπππ ππππ ππ π₯ ππππ’ππ
ππππ
(16)
ALGORITMA GENETIKA
Algoritma genetika adalah algoritma yang berusaha
menerapkan pemahaman mengenai evolusi alamiah pada
tugas-tugas pemecahan-masalah (problem solving).
Pendekatan yang diambil oleh algoritma ini adalah dengan
menggabungkan secara acak berbagai pilihan solusi terbaik
di dalam suatu kumpulan untuk mendapatkan generasi solusi
terbaik berikutnya yaitu pada suatu kondisi yang
memaksimalkan kecocokannya atau lazim disebut fitness.
Generasi ini akan merepresentasikan perbaikan-perbaikan
pada populasi awalnya. Dengan melakukan proses ini secara
berulang, algoritma ini diharapkan dapat mensimulasikan
proses evolusioner.
Algoritma genetika berangkat dari himpunan solusi yang
dihasilkan secara acak yang disebut populasi. Sedangkan
setiap individu dalam populasi disebut kromosom yang
merupakan representasi dari solusi dan masing-masing
dievaluasi tingkat ketanggguhannya (fitness) oleh fungsi
yang telah ditentukan. Melalui proses seleksi alam atas
operator genetik, gen-gen dari dua kromosom (disebut
parent) diharapkan akan menghasilkan kromosom baru
dengan tingkat fitness yang lebih tinggi sebagai generasi
baru atau keturunan (offspring) berikutnya. Kromosomkromosom tersebut akan mengalami iterasi yang disebut
generasi (generation). Pada setiap generasi, kromosom dievaluasi berdasarkan nilai fungsi fitness (Gen dan Cheng,
2000). Setelah beberapa generasi maka algoritma genetika
akan konvergen dapat kromosom terbaik, yang merupakan
solusi optimal (Goldberg, 1989).
Terdapat empat kondisi yang berpengaruh pada proses
evaluasi individu, yaitu:
a. Kemampuan individu untuk melakukan reproduksi
b. Keberadaan populasi individu yang melakukan
reproduksi
c. Keberagaman individu dalam suatu populasi
d. Perbedaan kemampuan untuk bertahan hidup
Individu yang lebih kuat akan memiliki kemampuan
bertahan dan reproduksi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan individu yang lebih lemah. Pada kurun waktu
tertentu, populasi akan lebih banyak memuat individu yang
lebih kuat.
KOMPONEN ALGORITMA GENETIKA
Terdapat beberapa komponen yang digunakan pada
algoritma genetika beberapa diantaranya juga merupakan
istilah biologis. Berikut daftar komponen dari algoritma
genetika:
(a) Gen, merupakan nilai yang menyatakan satuan dasar
yang mewakili suatu maksud dalam satu kesatuan
gen yang disebut kromosom
(b) Kromosom, merupakan gabungan dari gen-gen yang
membentuk nilai tertentu dan menyatakan
kemungkinan solusi dari suatu permasalahan.
(c) Populasi, merupakan kumpulan dari individu atau
kromosom yang merupakan calon solusi.
(d) Fitness Score, merupakan nilai kecocokan yang
dimiliki oleh tiap kromoson dan didapat dari penghitungan variabel kromosom dalam fungsi
kecocokan (fitness function).
OPERATOR ALGORITMA GENETIKA
Dalam algoritma genetika mencakup beberapa proses.
Berikut ini adalah daftar istilah proses yang ada di
algoritma genetika:
Reproduction, merupakan sebuah proses untuk
mendapatkan generasi potensial dengan memilih
parent dengan nilai lebih tinggi atau dengan
memilih parent yang mempunyai kemungkinan
besar untuk dipilih saat proses reproduksi.
Crossover, memilih posisi acak dalam deretan dan
bertukar segmen baik ke kanan atau ke kiri dengan
segmen lain di dalam deretan untuk menghasilkan
dua keturunan baru.
Mutation, merupakan perubahan acak dalam
reprensentasi kromosom.
Elitism, merupakan proses mempertahankan
keturunan terbaik untuk berkembang melalui
generasi.
Multi-Objective Genetic Algorithm (MOGA)
Algoritma genetika sebagai metode optimasi dengan
pendekatan berbasis populasi, sangat cocok untuk
memecahkan masalah optimasi multi-obyektif.
Kemampuan algoritma genetika untuk secara bersamaan
mencari berbagai daerah dari ruang solusi memungkinkan
untuk menemukan satu set beragam solusi untuk masalah
yang sulit dengan berbagai macam karakterisik. Operator
pindah silang pada algoritma genetika dapat menghubungkannya pada tujuan yang berbeda untuk
menciptakan solusi non-dominated baru.
Pada penyelesaian masalah multi-obyektif, tidak
menghasilkan solusi tunggal. Tujuan dari algoritma
genetika multi-obyektif adalah untuk menemukan satu set
solusi dalam rentang batasan (idealnya dengan penyebaran
yang baik). Himpunan solusi yang merupakan kumpulan
dari beberapa titik juga dikenal sebagai Pareto front.
Semua solusi yang ada pada Pareto front adalah solusi
optimal.
PENDEKATAN ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI SISTEM TENAGA HIBRIDA
Dengan generasi populasi acak di awal, algoritma
genetika menawarkan solusi acak untuk komponen
sistem surya yang memenuhi keseimbangan generasi
permintaan beban atau daya pada setiap iterasinya. Setiap
solusi acak tersebut akan dievaluasi dengan menghitung
nilai kecocokan. Proses Selection akan menyeleksi solusi
terbaik dilihat dari nilai kecocokan yang telah dihitung.
Selanjutnya solusi terpilih akan dilakukan proses
crossover dimana memungkinkan munculnya solusi baru
yang memiliki nilai kecocokan lebih tinggi dari
sebelumnya. Sebagai contoh dalam sistem hibrida
menggunakan kombinasi komponen panel surya (PV)-
turbin angin-diesel, dari proses selection didapat dua
buah solusi konfigurasi yaitu 10/20/15 (10 kW turbin, 20
kW panel surya, 15 kW diesel) dan 5/25/12 (5 kW turbin,
25 kW panel surya, 12 kW diesel). Sehingga ketika dilakukan proses crossover maka akan menghasilkan 2
buah solusi baru yang mana mungkin saja memiliki nilai
kecocokan yang lebih tinggi atau sebaliknya, yaitu:
5/25/15 (5 kW turbin, 25 kW panel surya, 15 kW diesel)
dan 10/20/12 (10 kW turbin, 20 kW panel surya, 12 kW
diesel). Dalam proses iterasi algoritma genetika dapat
dilakukan pula proses mutation dimana mengganti salah
satu gen pada kromosom . Misalnya dengan mengganti
ukuran diesel dari 15 kW menjadi 5 kW pada solusi
10/20/15 (10 kW turbin, 20 kW panel surya, 15 kW
diesel). Ketika generasi baru telah terbentuk, maka solusi
tersebut akan melalui evaluasi dan terbentuk populasi
baru untuk beberapa iterasi hingga didapatkan hasil yang
baik. Proses ini sama dengan evolusi biologi dimana
yang terbaik yang bertahan.
Keuntungan yang paling signifikan dari penggunaan
algoritma genetika dalam menentukan ukuran pada
sistem hibrida adalah memiliki kemampuan yang cukup
efisien untuk menemukan optimum global [14]. Selain
itu, algoritma genetika memungkinkan untuk
memasukkan parameter dengan jumlah yang tak terbatas
pada sebuah kromosom sehingga membuatnya cocok
untuk studi kasus penentuan ukuran (sizing). Keuntungan
ini tidak tersedia dalam beberapa pendekatan lain yang
biasa digunakan seperti Particle Swarn Optimization
(PSO), Simulated Annealingi, Ant Colony, dan lain-lain.
Disamping itu, pendekatan GA tidak memerlukan
informasi derivatif.
METODOLOGI PENELITIAN
IDENTIFIKASI MASALAH
Pada tahap ini tahap dimana dilakukannya proses
pengkajian permasalahan yang diangkat dalam tema tugas
akhir tersebut, sehingga dapat diketahui apa saja
kebutuhan dan keluaran yang diinginkan. Identifikasi
permasalahan dilakukan dengan mendapatkan informasi
tentang penelitian terdahulu dan dikaitkan dengan kondisi
keterkinian yang ada pada saat ini. Sehingga pada akhirnya
penelitian ini mengambil permasalahan mengenai
perancangan sistem tenaga surya pada tower BTS guna
pengoptimasian penggunaan daya listrik pada studi kasus
PT. Telekomunikasi Seluler wilayah Jawa Timur. Setelah
masalah teridentifikasi, maka dilanjutkan dengan
perumusan masalah, pendefinisian batasan, tujuan dan
manfaat dari penelitian ini. Sehingga terbentuk pedoman
mengenai pengerjaan penelitian yang terfokus dan tidak
menyimpang.
STUDI LITERATUR
Pada tahap ini akan dilakukan pendalaman lebih lanjut
mengenai landasan teori yang akan digunakan dalam tugas
akhir, terkait materi algoritma genetika, jaringan
telekomunikasi, sistem tenaga surya dan optimasi. Selain
itu juga dilakukan peninjauan terhadap penelitianpenelitian terdahulu sebagai inputan untuk pengembangan
dari penelitian terdahulu tersebut. Referensi materi
diperoleh dari beberapa sumber yaitu buku, e-book, jurnal
penelitian serta artikel ilmiah.
PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data merupakan tahapan dimana untuk
mendapatkan data untuk kita kembangkan dalam tugas
akhir tersebut. Data tersebut bisa ditemukan dalam bentuk wawancara, studi pustaka, kuisioner, dan lain sebagainya.
Data yang dikumpulkan lalu diolah dan dianalisa untuk
menemukan jawaban atas permasalahan yang muncul pada
penelitian yang sedang dilakukan. Data-data yang
dibutuhkan sebagai bahan penelitian ini berasal dari data
historis yang dimiliki oleh PT.
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
Berdasarkan data yang telah didapatkan, selanjutnya
dilakukan proses pengolahan terhadap data yang telah
didapatkan. Proses pengolahan data dan analisis yang
terdapat pada penelitian ini terdiri dari beberapa aktivitas
yang bertahap dan saling bergantung.
FORMULASI MODEL DENGAN ALGORITMA GENETIKA
Permasalahan pada studi kasus akan dituliskan dalam
model matematis. Sehingga didapatkan rumusan dari
fungsi tujuan, variabel, dan batasan, yang digunakan
sebagai komponen algoritma genetika. Selanjutnya model
tersebut akan diimplementasikan sesuai dengan tahapan
proses yang ada pada algoritma genetika menggunakan
software komputer. Pada pengerjaan penelitian ini digunakan software Matlab sebagai tool pendukung
pembangunan model pada program komputer.
VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL
Selanjutnya model yang telah diimplementasikan ke dalam
program Matlab akan dilakukan proses verifikasi dan
validasi. Kedua proses ini bertujuan tuntuk memastikan
bahwa model dan program yang dibuat dapat berjalan
tanpa muncul error dan telah sesuai dengan tujuan yang
diharapkan diawal. Untuk proses verifikasi maka akan
dilakukan pengecekan pada kode program Matlab yang
telah dibuat dan dilakukan proses uji coba (running).
Sedangkan cara untuk melakukan validasi adalah dengan
membandingkan antara hasil yang dikeluarkan oleh model
yang telah dibuat dengan hasil yang dikeluarkan oleh
perangkat lunak yang sudah ada, misalnya QM dengan
cara membuat model sederhana Linear Programming.
Apabila hasil yang dikeluarkan sama atau mendekati
(berada di tingkat error yang diperbolehkan) maka dapat
dikatakan model sudah valid.
PEMILIHAN SOLUSI KONFIGURASI
Pada tahap ini dilakukan pemilihan komponen yang
mendukung sistem tenaga surya sesuai dengan model
Algoritma Genetika yang telah dibuat. Selanjutnya akan
menghasilkan rancangan sistem tenaga surya yang harus
disediakan pihak operator untuk memenuhi kebutuhan
trafik pelanggan, contoh: 4 buah panel surya 12Wp dan 5
buah 10 buah baterai 64 Ah. Pemilihan komponen ini
didasari dari pemenuhan kebutuhan pasokan listrik namun
dengan biaya energi tahunan (ACoe)semurah mungkin dan
menghasilkan emisi karbondioksida (CE) seminimum
mungkin. Pihak operator dapat mengurangi penggunaan
konsumsi daya listrik yang menggunakan bahan bakar fosil dan mewujudkan industri yang lebih ramah lingkungan.
Setelah mendapatkan konfigurasi sistem yang paling
optimal maka selanjutnya juga akan dihitung perbandingan
efisiensi sebelum dan jika menerapkan konfigurasi sistem
tenaga surya tersebut.
PENARIKAN KESIMPULAN DAN SARAN
Pada tahap ini akan dilakukan penarikan kesimpulan dari
hasil pengerjaan tugas akhir. Dari analisis optimasi akan
menghasilkan hasil paling optimal mengenai rancangan
sistem tenaga surya pada Base Transceiver Station (BTS)
di Pulau Bawean Tambak milik PT. Telekomunikasi
Seluler. Berdasarkan solusi yang ditarik pada bagian
kesimpulan, terdapat kelebihan dan kekurangan yang
nantinya akan dilaporkan ke perusahaan sebagai saran atau
masukan dari hasil pengerjaan tugas akhir ini.
PEMBUATAN LAPORAN TUGAS AKHIR
Tahap ini merupakan tahap akhir dari pengerjaan tugas
akhir. Pada tahap ini akan dilakukan penyusunan buku
laporan tugas akhir yang berisi penjelasan dokumentasi
langkah-langkah pembuatan tugas akhir secara mendetail,
hasil pembuatan tugas akhir, dan kesimpulan dari
pengerjaan tugas akhir.
PERANCANGAN
Formulasi Model
Dalam pembuatan formulasi model optimasi terdapat
beberapa langkah yang perlu dilakukan yaitu penentuan
variabel keputusan, fungsi tujuan dari masalah dan
batasan.
Penentuan Variabel Keputusan
Permasalahan yang akan diselesaikan melalui model
optimasi adalah mengetahui jumlah beban daya yang
yang akan dipenuhi oleh masing-masing sumber catu
daya. Pasokan listrik harus memenuhi kebutuhan
(demand) listrik BTS selama 24 jam sehari, artinya
harus ada listrik yang selalu mengalir setiap saat.
Selain itu untuk menghitung biaya yang dihabiskan
dalam pengadaan PV serta baterai, dibutuhkan inputan
ukuran kapasitas panel PV dan baterai yang akan
digunakan dalam membuat sistem tenaga hibrida.
Setiap ukuran kapasitas memiliki harga dan spesifikasi
efisiensi yang berbeda-beda. Untuk itu pemilihan tipe
panel PV dan baterai akan ditambahkan menjadi salah
satu variabel keputusan dalam model ini. Sehingga
variabel keputusan model optimasi pada Tugas Akhir
ini dijelaskan pada Tabel 4.1 dibawah ini
Perumusan Fungsi Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam permasalahan
optimasi ini adalah mengetahui konfigurasi sistem
tenaga hibrida dengan biaya operasional yang semurah
mungkin serta sistem yang menghasilkan emisi
karbondioksida yang paling minimal. Sehingga fitness
function yang digunakan dalam model optimasi
algoritma genetika multiobyektif pada tugas akhir ini
adalah persamaan biaya keseluruhan sistem tenaga
hibrida dan persamaan emisi karbondioksida. Berikut
ini adalah persamaan-persamaan yang diperhitungkan.
Biaya PV (πΆππ£)
πΆππ£πππ‘ = πΆππΈππ£ × π₯1 × πΈπ΅ππ (17)
Dimana πΆππΈππ£ adalah konversi biaya penggunaan
energi PV & baterai per satuan kWh dan πΆπππ
adalah biaya awal pembelian dan pemasangan PV
& baterai.
Biaya PLN (πΆπππ)
πΆπππ = πΆππΈπππ.× π₯2 × πΈπ΅ππ + πΆππππππππ (18)
Dimana πΆππΈπππ adalah biaya pemakaian listrik per
kWh yang harus dibayarkan pada PLN dan
πΆππππππππadalah biaya abonemen pemasangan
aliran listrik PLN.
Biaya Generator Diesel (πΆππππ ππ)
πΆππππ ππ = πΆππΈππππ ππ × π₯3 × πΈπ‘ππ‘ + πΆππππ (19)
Dimana πΆππΈππππ ππ adalah biaya yang dibutuhkan
untuk mengoperasikan generator listrik per kWh
dan πΆππππadalah biaya perawatan dan rutin
bulanan.
Emisi CO2 PV&Baterai (πΈππ£πππ‘)
πΆπΈππ£πππ‘ = πππ£πππ‘ × π₯1 × πΈπ΅ππ (20)
Dimana πππ£πππ‘ adalah konstanta emisi yang
dihasilkan per kWh (kg CO2-eq/kWh) oleh
pembangkit listrik tenaga surya (PV)
Emisi CO2 PLN (πΈπππ)
πΆπΈπππ = ππππ × π₯2 × πΈπ΅ππ (21)
Dimana ππππ adalah konstanta emisi yang
dihasilkan per kWh (kg CO2-eq/kWh) oleh
pembangkit listrik PLN
Emisi CO2 Generator Diesel (πΈππππ ππ)
πΆπΈππππ ππ = πππππ ππ × π₯3 × πΈπ΅ππ (22)
Dimana πππππ ππ adalah konstanta emisi yang
dihasilkan per kWh (kg CO2-eq/kWh) oleh
generator listrik
Sehingga fungsi tujuan dalam permasalah optimasi
perancangan sistem tenaga hibrida ini adalah sebagai
berikut
Fitness(1)πππ πΆπ‘ππ‘ππ = πΆππ£πππ‘ + πΆππππ ππ +πΆπππ (23)
Fitness(2) πππ πΆπΈπ‘ππ‘ππ = πΆπΈππ£πππ‘ + πΆπΈππππ ππ + πΆπΈπππ(24)
Perumusan Batasan Model
Dalam menyelesaikan optimasi ini agar memperoleh
solusi permasalah yang sesuai dengan tujuan, maka
perlu ditetapkan beberapa batasan. Batasan-batasan
yang digunakan dalam permasalahan ini adalah
kapasitas beban listrik BTS (arus DC) dan kapasitas
beban listrik yang dapat dipasok oleh PLN. Sehingga
berikut ini adalah batasan (constraint) yang
dipertimbangkan dari model optimasi sistem tenaga
hibrida ini.
Inisialisasi Data
Terdapat beberapa data yang akan dimasukan ke dalam
program aplikasi Matlab yang akan dibuat. Berikut
adalah data yang perlu diinisialisasikan dalam program.
a. Parameter Sistem Panel Surya (PV) & Baterai
Load Profile (EBTS)
Kebutuhan beban listrik yang dibutuhkan oleh
BTS di Pulau Bawean Tambak adalah 1800 watt
(konstan). Sehingga total load dalam satu tahun
adalah 15678 kWh (43,2 kWh/hari).
Isolation Value (Iv)
Nilai rata-rata insolasi harian matahari pada BTS
di Pulau Bawean Tambak dipergunakan nilai
bulanan pada tahun 2011 yang diambil dari
website NASA [17] (data dapat dilihat pada
Tabel 4.2). Dalam penyelesaian masalah
perancangan sistem tenaga hibrida ini digunakan
dua jenis skenario kondisi paparan sinar
matahari, yaitu
(1) kondisi normal (best
scenario) dan
(2) kondisi minimal (worst
scenario). Sehingga data tingkat insolasi
matahari yang digunakan dalam tugas akhir ini
juga terdapat dua macam. Untuk skenario kondisi sinar matahari normal digunakan data
Isolation Value bulanan pada kondisi rata-rata.
Sedangkan untuk skenario minimal atau sinar
matahari yang kurang digunakan data Isolation
Value bulanan pada kondisi minimum.
Peak Sun Insolation (PSI)
Di permukaan bumi intensitas matahari pada saat
di puncak adalah sekitar 1 kW / m² atau 1000
W/m2
pada permukaan horizontal di permukaan
laut di hari yang cerah [18]
Days of Autonomy (Nday)
Merupakan jumlah hari dimana baterai harus
memasok listrik sendiri ketika terbatasnya atau
tidak ada pengisian (charging). Pada sistem
tenaga hibrida BTS di Pulau Bawean Tambak,
ditetapkan bahwa nilai Nday adalah 3 hari.
Depth of Discharge (DODmax)
DOD menggambarkan seberapa dalam baterai
habis. Jika kita mengatakan baterai terisi penuh
100%, itu berarti DOD baterai ini adalah 0%.
Untuk ambang batas DOD pada baterai didalam
sistem ini adalah 80%
Tegangan Sistem (V)Tegangan di keseluruhan sistem tenaga listrik
pada BTS Pulau Bawean Tambak adalah 48 volt.
Tipe Panel PV (Solar Cell)
Panel surya yang digunakan menjadi inputan
data pada model tugas akhir ini terdiri dari 5 tipe
panel dengan ukuran kapasitas daya yang
dibangkitkan (Wp) dan efisiensi modul yang
berbeda-beda. Kelima panel ini memiliki brand
yang sama, yaitu Yingli Seri Panda 48 cell 40
mm (YlxxxC-24b) dengan tegangan 24 volt.
Tabel 4.3 berisikan informasi dari tipe panel PV
yang digunakan dalam model optimasi ini
dengan asumsi harga $3,3/Wp.
Kesimpulan
Representasi Kromosom
Dalam menyelesaikan optimasi perancangan
konfigurasi sistem tenaga surya menggunakan
algoritma genetika ini, langkah pertama yang dilakukan
setelah menentukan model optimasi adalah membuat
representasi model ke dalam sebuah kromosom.
Kromosom merupakan elemen dasar dan utama dari
proses pemodelan Algoritma Genetika. Dalam
permasalah ini kromosom terdiri dari gen-gen yangmerupakan variabel keputusan dari model optimasi.
Gen yang memakai double vector. Pada Gambar 4.3
merupakan contoh dari representasi kromosom yang
digunakan pada tugas akhir ini.
Proses inisialisasi adalah proses pembentukan populasi
awal yang diperoleh dengan cara rekombinasi
kromosom sebanyak ukuran populasi yang telah
ditentukan diawal. Dalam inisialisasi populasi ini,
masing-masing kromosom yang terbentuk harus
memenuhi batasan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Evaluasi Individu
Setelah didapatkan populasi awal dari hasil random,
maka proses selanjutnya adalah mengevaluasi setiap
kromosom. Fungsi evaluasi (fitness function) yang
digunakan adalah dua fungsi minimal pada model
optimasi, yaitu pada Persamaan (24) dan (25). Pada
metode NSGA-II ini evaluasi dilakukan dengan
mencari dua nilai, yaitu (1) Nilai ranking (front level)
dengan cara Fast Non-Dominated dan (2) Jarak antar
individu dengan menghitung Crowding Distance.
Rekombinasi dan Sorting
Untuk populasi awal yang telah dilakukan operasi
pindah silang dan mutasi sehingga menghasilkan
populasi anak (offspring). Populasi dikombinasikan
menjadi satu populasi besar dan dilakukan seleksi untuk
membentuk individu-individu pada generasi
berikutnya. Seperti yang diilustrasikan pada Gambar
4.7, populasi diurutkan berdasarkan ranking nondomination, generasi yang baru tersebut diisi oleh
individu berdasarkan ranking yang dimilikinya hingga
ukuran populasi melebihi ukuran populasi awal. Karena
melebihi dari ukuran populasi yang telah ditentukan
maka dilakukan pemilihan berdasarkan nilai crowding
distance hingga ukuran populasi normal (N). Proses ini
berulang hingga kriteria stop terpenuhi.
Seleksi Orang Tua (Parent)
Proses seleksi dilakukan dengan tournament selection.
Dimana pada metode ini menjalankan beberapa
"kompetisi" di antara beberapa individu yang dipilih secara acak dari populasi. Pemenang setiap kompetisi
(satu dengan nilai fitness terbaik) dipilih sebagai parent
untuk proses pindah silang ataupun mutasi. Tingkat
seleksi mudah disesuaikan dengan mengubah ukuran
kompetisi. Jika ukuran kompetisi lebih besar, individu
yang lemah memiliki kesempatan yang lebih kecil
untuk dipilih.
Operasi Pindah Silang
Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan kromosom
baru hasil offspring. Proses ini melibatkan dua
kromosom yang dijadikan sebagai parent yang
memiliki tugas memproduksi kromosom baru dengan
harapan menghasilkan keturunan atau kromosom yang
lebih baik. Dalam proses pindah silang ini ada
parameter penting yang harus diperhatikan karena
berkaitan dengan rasio anak yang akan dihasilkan
dalam satu generasi. Parameter itu adalah probabilitas
pindah silang. Probabilitas pindah silang menunjukan
presentase jumlah Old Parent yang akan
dipindahsilangkan dan menghasilkan offspring
(keturunan baru). Nilai probabilitas ini adalah antara 0
hingga 1, dan cenderung mendekati angka 1. Untuk
tugas akhir ini nilai probabilitas pindah silang yang
digunakan adalah 0,1-0,9 pada proses uji coba
Operasi Mutasi
Proses mutasi dilakukan dengan menukar ukuran salah
satu gen dalam kromosom sehingga didapatkan posisi
yang berbeda. lagi nilai gen yang telah diperoleh. Pada
proses mutasi ini sama dengan pada proses pindah
silang, dimana mutasi yang terjadi tergantung pada nilai
probabilitas mutasinya. Probabilitas mutasi
menunjukan presentase jumlah offspring yang terkena
mutasi. Nilai probabilitas ini adalah antara 0 hingga 1,
dan cenderung mendekati angka 0. Untuk tugas akhir
ini metode mutasi yang digunakan adalah Adaptive
feasible. Metode ini secara acak melakukan mutasi
yang adaptif bergantung pada kondisi sukses atau
tidaknya generasi sebelumnya dan memperhatikan
pemenuhan batasan yang ada
HASIL
Kesimpulan
Kesimpulan
Dari keseluruhan proses pengerjaan tugas akhir yang
dilakukan, terdapat beberapa kesimpulan yaitu :
1. Metode Algoritma Genetika Multi-Obyektif mampu
menjadi metode penyelesaian untuk kasus
pengoptimalan konfigurasi sistem tenaga hibrida BTS
Pulau Bawean Tambak
2. Pada studi kasus konfigurasi sistem tenaga hibrida
BTS Pulau Bawean Tambak, parameter Algoritma
Genetika Multi-Obyektif yang memberikan solusi
paling optimal adalah Pc= 0,3 dan Npop =100
3. Hasil optimasi dengan menggunakan model
Algoritma Genetika Multi-Obyektif didapatkan nilai
proporsi pembagian beban listrik di masing-masing
sistem sumber catu daya dan ukuran panel surya serta
baterai yang dibutuhkan
4. Nilai proporsi hasil dari proses optimasi pemenuhan
beban listrik BTS pada kondisi paparan sinar matahari
normal adalah sebagai berikut:
Npop = 50
- Membaca buku algoritma genetika yang telah diberikan
- Meringkas buku tersebut
- Mencari video dan membuat video sendiri mengenai algoritma genetika
2. prinsip kerja
- putar video dan lakukan langkah langkah yang telah diberikan berdasarkan video dibawah
Pengaplikasian Algoritma Genetika pada Pengaplikasian Algoritma Genetika pada Optimasi Sistem Tenaga Listrik menggunakan MATLAB
Video simulasi
6. Link Download
[kembali]Sumber Bacaan Sini
Program dari Jurnal Sini
Video Pengaplikasian Algoritma Genetika pada Pengaplikasian Algoritma Genetika pada Optimasi Sistem Tenaga Listrik menggunakan MATLAB sini
Video sini
Program yang telah dibuat Sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar